My fave music right now

Sunday, February 8, 2009

BUNT (날아라 허동구) , a korean movie

Pada awalnya yg gw cari sih DVD Madagascar 2 Africa. Nyarinya di satu DVD shop di Centro, Bali. Tapi mata gw menangkap gambar seorang anak kecil lagi senyum nampak gigi gitu. Di sebelah anak itu, ada bapak - bapak yg gw menduga sih itu bapaknya. Dengan background hijau dan ada tulisan korea gitu, gw ambil itu DVD. Gak tau kenapa, tapi gw tanpa baca review di belakang disc, dan tanpa nyoba disc itu dulu (kali ada kerusakan atau apa gitu) gw langsung main ambil en bayar za.

Sepulang di Medan, gw belond sempet nontonnya. Baru tadi sore deh gw sempet nonton. Itu juga karena gw udah basi banget itungin angka - angka data jurnal Analisis Fisikokimia yg nak ajubilah banyaknya. Mpe boker mulu gw sangkin trauma ma anfisko. Wakakakaka :P

Film ini BUKAN TENTANG CINTA. BUKAN TENTANG DRAMA ROMANTIS. BUKAN TENTANG HANTU. APALAGI THRILLER ACTION GITU. BUKAAAANNNNNN.

Film Bunt ini diambil dari sebuah buku karangan Wang Shu-Fen (original book) , dengan writer lainnya Park Gyu Tae dan Choi Seok-Hwan tentang anak laki - laki berumur 11 tahun yg mengalami kemunduran mental / autis (IQ 60). Hidup berdua dengan ayahnya, penjual rumah makan Ayam Goreng kecil-kecilan. Kalau gw gak salah sih, novel Wang Shu-Fen ini juga pernah difilmkan. Adam Sandler comedy , The Waterboy .

Well. Ceritanya sih bisa ditebak akhirnya. Tapi tetep za bikin air mata gw keluar pas nonton. Hikssss. Particularly in terms of its climax, an overall comic tone and likeable performances from the film's major players make Bunt a cinematic home run for audiences of all ages. Oh iya, one more, siapin tissue yg buanyaakkkkkk! Jangan kaiak gw, ngelap di baju mpe kerah baju gw basah semua.

Dong-gu (Choi Woo Hyuk) sangat menikmati hari - harinya di sekolah. Walaupun dia mengalami kemunduran mental, tapi ayahnya menyekolahinya di sekolah ternama. Jin Gyu (Jeong Jin Yeong), sang ayah, bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua sepeninggal sang Istri yg semasa hidupnya sakit-sakitan. Jin Gyu tidak ingin orang - orang menilai rendah Dong-gu karena itu meski pihak sekolah melarang Dong-gu bersekolah disitu, bahkan pihak sekolah menggunakan alasan klise seperti Dong-gu memasukkan seekor kodok kedalam teko air minum (kettle).

Hal ini membuat guru kelasnya dan kepala sekolah menggunakan alasan ini untuk mengeluarkan Dong-gu. Tapi Jin Gyu tidak menerima alasan seperti itu. Dong-gu tetap ke sekolah tapi keesokan paginya dia sangat shock. Karena dia tidak menemukan teko air di kelasnya. Yg ada hanya sebuah water dispenser. Padahal satu-satunya alasan kenapa Dong-gu mau ke sekolah adalah teko air. Motivasi dia ya itu. Teko air. Yeah, i know, it's a bit out of ordinary. Dong-gu's singular reason for attending school is being a waterboy, taking a the school-approved kettle around and filling the cups of his classmates during lunch. Dong-Ku, it seems, is pretty easy to please. Walaupun dia sendiri belum makan makanannya sendiri.

Semua teman sekelas Dong-gu selalu mengejeknya, bully him everytime, tapi dia enjoy aja tuh. Dan setiap kali ada pergantian teman duduk (you know, kebiasaan kita dulu pas di SD, tukeran temen sebangku,siapa yg cepet dia yg dapet kursi plg 'HOT' gitu) tidak ada yg mau duduk sebangku dengan Dong-gu. Setiap dia duduk, teman sebelahnya pasti langsung mengusirnya 'Dong-gu, stay away!' , 'Can't you find another seat?' , dan lain sebagainya. Dan pada akhirnya, dia kembali sebangku dengan Joon Tae (Yoon Chan), yg juga tidak mempunyai teman dikelas itu. Joon Tae sebenarnya malu berteman dengan Dong-gu yg sangat berkebalikan dengannya. Joon Tae mempunyai otak yg cemerlang, tidak kekurangan secara finansial oleh orang tuanya, bahkan wajahnya sangat imutttttt!!!! (Yg terakhir ini sih pribadi gw sendiri.Hehehehehehe.)

Setiap kali diadakan ulangan, guru kelas memerintahkan Dong-gu untuk tidak datang ke sekolah. Pertama, jika sedang ada ulangan, tidak ada makan siang di sekolah. Kedua, jika tidak ada makan siang di sekolah, tidak ada class-waterboy. Ketiga, jika tidak ada waterboy, tidak ada gunanya Dong-gu datang ke sekolah. Karena itu, setiap kali ulangan, Dong-gu hanya berdiam diri di rumah makan ayam goreng, toko kecil, milik ayahnya. Sang ayah yg tidak tega hati anaknya teriris karena dilarang datang ke sekolah menyempatkan mengantarnya ke sekolah dengan motor kecil yg digunakan untuk mengantar pesanan ayam goreng (delivery). Walaupun ke sekolah, Dong-gu dan ayah hanya berputar - putar di lapangan. Hanya sekedar membuat Dong-gu senang bahwa dia masih bisa datang ke sekolah walaupun tidak bisa datang ke kelasnya.

Ulangan berakhir, Dong-gu datang kembali ke sekolah. Teman - teman sekelasnya menyambutnya karena untuk mereka, Dong-gu hanyalah 'mainan' di sekolah. Joon Tae yg berotak cemerlang, sangat ingin mengeluarkan Dong-gu dari sekolah agar ia tidak perlu lagi dikejar-kejar oleh Dong-gu yg selalu memanggilnya 'Teman! Teman!'. Lalu ia memasukkan seekor kodok kedalam teko air yg sebelumnya sudah diisi air oleh Dong-gu. (Tiap pagi, Dong-gu selalu datang paling cepat untuk mengisi teko air.)

Teman-teman sekelasnya menelepon orang tua mereka masing-masing dan melaporkan bahwa Dong-gu memasukkan seekor kodok kedalam teko air. (Mereka menelepon dengan Handphone! Gila! Anak-anak 11 tahun sudah bawa handphone ke sekolah!Padahal waktu zaman gw sekola dulu, anak SMA za masih dilarang bawa handphone ke sekolah. Jaman sudah berubah.)

Guru kelas lalu bertanya pada Dong-gu apakah dia yg memasukkan kodok kedalam teko. Dong-gu yg bahkan tidak tahu apa yg dikatakan guru kelasnya, hanya melihat ke teman-teman sekelasnya. Mereka semua senyum dan tertawa kecil. Dong-gu berpikir bahwa dia telah melakukan hal yg membuat mereka tertawa. Dan dia bangga akan hal itu. Tanpa ragu dia menjawab 'ya'. Pihak sekolah segera memanggil ayah Dong-gu untuk mengeluarkannya dari sekolah itu tapi ayahnya tetap tidak bersedia memindahkan Dong-gu ke sekolah khusus. 'He's not that special. He's not different with the others!' , itu pembelaan ayahnya pada pihak sekolah.

Malamnya, Dong-gu belum mau tidur. Ayahnya membujuknya untuk tidur. Akhirnya dia mau tidur tapi dengan syarat, ayahnya harus menghitung jumlah ayam yg melompati pagar. Ayahnya bersedia. 'One chicken jumps over the fence. Two chickens jump over the fence. Three chickens jump over the fence...' sampai Dong-gu tertidur. Barulah ayahnya mulai tidur. Tengah malam, Dong-gu terbangun, dan segera ke teras (pintu kamar mereka mempunyai sebuah teras).

"Dad, where is the sun?", dia bertanya pada ayahnya yg sedang terlelap. Jin Gyu pun segera bangun, tidak ingin mengecewakan anaknya. Dia menjawab "The sun is not rising yet."

"Where is the sun?"
"It's not rising."
"When will it's rising?"
"I'll make it. Just wait. Look up the sky and watch it comes."

Dong-gu pun berbaring di teras sambil menatap ke langit. Yg dia lihat hanya bulan penuh. Dan dia tertidur. Ketika matahari terbit dan menyinari wajahnya di teras, dia segera membuka mata dan berkata "It's rising. It's rising" sambil tersenyum.

Bagi kita, melihat jam adalah cara untuk mengetahui waktu. Jam 7 pagi saatnya kuliah. Jam 7 malam saatnya makan malam. Lain bagi Dong-gu. Dia mengetahui waktu dengan cara melihat matahari. Ketika matahari terbit menyinari wajahnya, itu saatnya dia harus segera mandi dan pergi ke sekolah. Ketika matahari berada tepat diatas, itu saatnya dia harus pulang kerumah.

Esoknya, ketika Dong-gu ke sekolah, dia tidak menemukan teko air. Yg dia temukan hanyalah water dispenser. Dia sedih dan merasa tidak berarti. Apalagi teman-temannya berkata "The water dispenser is better than you."

Tapi ketika dia melihat seorang anak anggota klub baseball sekolah sedang membawa teko air, dia menjadi sangat senang dan segera berlari ke lapangan mengejar anak itu. "Are you happy?", dia bertanya pada anak itu. "Are you happy? Happy? Happy?". Anak itu akhirnya marah dan memutuskan untuk keluar dari klub. "Yeah. I'm not happy. They think i'm their slave!"

Hal ini jelas membuat pelatih klub kelabakan karena anggota klub baseball yg memang sangat sedikit semakin sedikit. Apalagi mereka kekurangan satu orang lagi untuk bisa mengikuti pertandingan baseball. Dia melihat ke arah Dong-gu yg sedang mengelap teko air yg dicampakkan anak tadi. Lalu dia mendatangi Dong-gu dan bertanya apakah Dong-gu ingin bergabung dengan mereka. Dong-gu tidak menjawab. Dia masih asyik dengan teko airnya. Dia bahkan tidak perduli dengan kehadiran pelatih didekatnya.

Setelah itu, setiap hari Dong-gu menjadi waterboy untuk klub baseball. Tidak seperti anggota klub sebelumnya yg selalu mengeluh, Dong-gu sangat senang menjadi waterboy. Sampai - sampai tiap anak bisa minum lebih dari tiga kali dalam waktu 10 menit. Ini karena Dong-gu larinya sangat cepat dan seperti tidak kenal lelah. Fisiknya bahkan lebih kuat dibanding dengan anak-anak lainnya. (See! Setiap orang pasti punya kekurangan dan kelebihan masing-masing.)
Jin Gyu, yg khawatir dengan keadaan Dong-gu di klub baseball, datang mengawasi latihan Dong-gu. Pelatih sempat kelabakan dengan kedatangan orang tua Dong-gu yg tiba-tiba. Dia takut kalau Jin Gyu akan mengira bahwa anaknya diperlakukan seperti pembantu bukan anggota klub.

"Do you think that Dong-gu can play baseball?"
"Of course. He has a strong feet and wonderful run."
"If he plays baseball, that means still can attending school right?"
"Oh yeah. It is. "

Dengan nomor punggung 9, Dong-gu resmi menjadi anggota klub baseball. Walaupun dia tidak pernah memukul dengan benar, (dia selalu menutup mata setiap kali bola datang) tapi dia berlari dengan sangat cepat.

Suatu hari, kelas Dong-gu ada latihan lari untuk nilai sekolah. Guru kelas melihat Joon Tae di lapangan, sedang mengantri untuk lari bersama dengan yang lain. "Joon Tae, don't you hear me that i told you to stay back. You can't running with others. Remember,your heart's weak." Joon Tae yg sangat ingin berlari pun pergi ke sisi lapangan dengan gontai. Dong-gu yg tiba gilirannya untuk berlari hanya menatap punggung Joon Tae. Guru kelas memanggil nama Dong-gu, dan dia mulai berlari dengan cepat. Setelah satu lap, guru kelas menyuruhnya berhenti. Tapi Dong-gu tidak berhenti. Dia meneruskan larinya sampai dua lap.

"Why you keep running? I told you to run only one lap."
"I did. I hear you. I only run for one lap. The second lap is for partner (Joon Tae)."

Guru kelas dan teman-temannya terkesima. Sedangkan Joon Tae segera berlari ke kelas sambil menangis sejadi-jadinya. Dong-gu menyusulnya dan tanpa berkata apa-apa, Dong-gu hanya duduk di sebelah Joon Tae sambil menungguinya berhenti menangis.

Setelah kejadian itu, Dong-gu berteman baik dengan Joon Tae. Jika ada teman sekelas yg mengganggu dan melecehkan Dong-gu, Joon Tae segera melawan mereka dan membela Dong-gu. Bahkan Joon Tae membawa Dong-gu ke rumahnya untuk bermain game. Dong-gu yang tidak mengerti cara bermain, hanya memutar-mutar joystick dan hal ini membuat Joon Tae tertawa. Padahal sebelumnya Joon Tae tidak pernah tertawa. Dong-gu ikut senang karena dia bisa membuat Joon Tae tertawa.Gambar. Dong-gu (baju merah) dan Joon Tae (baju biru)

Bocoran nih. Pas lagi nonton mereka main game bareng, ketawa bareng, eh tau-tau mata gw rasanya penuuuhhh banget en ga berapa lama air mata gw netes. Gw terharu banget ma persahabatan mereka. Anak autis dengan fisik yg kuat dan anak normal dengan jantung yg lemah.

Di ujian yg selanjutnya, seperti biasa guru kelas memerintahkan Dong-gu untuk diam di rumah. Tapi Joon Tae memaksa guru untuk mengizinkan Dong-gu ikut ulangan.

"Why he can't follow the exam?"
"Are you kidding?"
"If he can't come for the exam, me too. I won't come for exam."
"Do you know what you're talking about kid?"
"Yes, I do. I'll write this thing and post it in internet and let the world knows what you did to him."

Dong-gu diizinkan mengikuti ulangan. Semua anak mengisi jawaban dengan angka-angka hitungan dan kalimat, dia hanya menuliskan satu angka saja di semua soal. SEMUA SOAL.
Itu karena dia mengikuti kata-kata Joon Tae.

"Dong-gu, what's your favourite number?"

Dan yah. Dong-gu menulis angka satu dengan penggaris di semua kertas jawaban ulangan. Joon Tae melihatnya dan hanya tersenyum. Joon Tae senang karena dia masih bisa berada bersama Dong-gu di sekolah. Dong-gu seperti anak-anak yg lain. Datang ke sekolah, mengikuti kegiatan klub, dan mengikuti ulangan. Nothing is different.

Di saat bersamaan, ayah Dong-gu baru pulang dari rumah sakit. Dia didiagnosa oleh dokter menderita kanker. Hal ini menambah bebannya. Di saat dia membutuhkan uang yg banyak untuk menebus kembali rumahnya, dia malah diharuskan mengobati dirinya agar kesehatannya tidak memburuk. Tapi kemudian dia senang, karena dengan mengidap kanker, dia mendapatkan uang yg cukup dari asuransi untuk menebus rumahnya. Hal yang dia perlukan hanyalah bukti pernyataan dokter bahwa dia penderita kanker.

Di sekolah, kepala sekolah memanggil pelatih klub baseball. Dia mendesak akan mengubah klub baseball menjadi klub sepakbola. Yg artinya, pelatih akan kehilangan pekerjaannya jika tidak bisa memenangkan pertandingan berikutnya. Pelatih meyakinkan kepala sekolah akan memenangkan pertandingan berikutnya walaupun dia merasa agak pesimis karena tiga tahun berturut-turut mereka selalu mengalami kekalahan.

Pelatih mencoba melatih Dong-gu yg tetap menutup matanya ketika bola datang. Sehingga dia tidak bisa memukul bola sama sekali. Sampai akhirnya pelatih habis kesabaran dan memecat dia dari klub. Joon Tae yg melihat Dong-gu menangis karena diusir dari lapangan segera menghampiri pelatih dan menawarkan diri untuk melatih Dong-gu. Pelatih setuju dan Joon Tae melatih Dong-gu dengan cara yg mudah diterima oleh Dong-gu. Mulai menggunakan gelas dan teko untuk menjelaskan cara bermain baseball, sampai bermain dengan mesin pemukul bola otomatis.

"I can't play coz my heart's weak. And you can't understand what is baseball but you can running very fast even faster than the others. "

Joon Tae berhasil mengajarkan pada Dong-gu aturan permainan baseball semuanya. Secara keseluruhan. Tapi dia tetap tidak bisa membuat Dong-gu berhasil memukul bola. Hal ini karena Dong-gu takut dengan bola yg datang dan menutup matanya sehingga dia mengayunkan pemukul ke sembarang arah. Joon Tae yg tadinya menyerah, akhirnya menemukan cara yg lebih baik. Dia tahu bahwa Dong-gu tertarik dengan suara hujan yg menyentuh pemukul besi.Suara itu sangat unik dan asyik untuk Dong-gu. Lalu Joon Tae dengan sedikit paksaan pada Dong-gu untuk membuka mata, berhasil memukulkan bola. Dong-gu langsung membuka mata, tersenyum, dan melihat ke arah pemukulnya. Dong-gu senang akan suara yg dihasilkan bola yg dipukul dengan pemukul besi. Joon Tae senang karena berhasil menemukan cara membuat Dong-gu tidak takut lagi dengan bola yg datang ke arahnya.

Di saat pertandingan, pelatih yg sudah kehabisan akal, berusaha membuat lawan untuk takut dan gugup menghadapi mereka. Lalu dia memberi Dong-gu permen karet, dan menyuruhnya mengunyah dengan tangan berkacak pinggang dan sebelah kaki di goyang-goyangkan. Dong-gu diperintahkan bergaya seperti ini untuk menimbulkan kesan bahwa Dong-gu adalah senjata rahasia milik klub mereka. Padahal Dong-gu memang tidak diijinkan bermain ke lapangan karena takut mengganggu jalannya pertandingan. Dong-gu bahkan hanya mematuhi perintah pelatih Kim, panggilan untuk Joon Tae ketika ia sedang melatih Dong-gu.

"Coach Kim, get your player."
"Sure. Dong-gu, come here!"
Then, Dong-gu will answered. "Okay,Buddy!"

Gileeeee! Anak autis gaul juga ternyata. Kalo si pelatih ngomong "Okay?" dia tu bakal nyahut "Okay Buddy!" walopun si pelatih ga ngomong ma dia. Autis yg gaul. Ckckckckckck.

Klub baseball sekolah Dong-gu kalah jauh dari lawannya. Tapi kemudian mereka menemukan strategi jitu sehingga bisa mengejar kekalahan. Tapi hal ini mmbuat stamina para pemain turun drastis, bahkan salah satu pemain tiba-tiba jatuh sakit, dan pelatih tidak punya pilihan selain menurunkan Dong-gu ke lapangan. Dong-gu dengan langkah mantap turun ke lapangan. Dia bahkan sempat meneriakkan yelyel klub yg menurut gw sangat norak sambil menari-nari dan memutar-mutarkan pemukul ke atas. Pelatih klub dan supporter sekolah lemas seketika. Semua merasa pesimis. Hanya Joon Tae yg tetap berdiri mengawasi dan menyemangati Dong-gu.

Di saat yg sama, Jin-Gyu sedang memeriksakan kesehatannya di rumah sakit untuk mengetahui hasil akhir kesehatannya. Dia berharap agar dia mengidap kanker jadi dia bisa memperoleh uang 1 juta won dari asuransi untuk menebus rumah dan tokonya. Tapi hasilnya, dokter salah mendiagnosa. Dia tidak menderita sakit apapun. Dengan perasaan sangat sedih dan gontai, dia pergi melihat pertandingan Dong-gu. Dia datang dia saat yg tepat, Dong-gu sedang bersiap untuk pukulan yg ketiga, dimana dua pukulan sebelumnya tidak kena.

Mau tahu kelanjutannya? Yah gw kasi tau keadaan akhirnya aja deh. Ayah Dong-gu, Jin Gyu, tidak bisa menebus rumah dan toko mereka. Padahal rumah itu menyimpan banyak kenangan bersama istrinya dan Dong-gu kecil. Bahkan dia juga memikirkan bagaimana cara mengajari Dong-gu jalan pulang dari sekolah ke rumah mereka yg baru. Padahal di rumah mereka yg lama saja, Jin Gyu butuh waktu tiga tahun untuk mengajari Dong-gu jalan pulang ke rumah. Belum lagi usaha toko mereka yg harus dimulai lagi dari nol.

Walo banyak menyisakan pertanyaan, seperti kesehatan ayah Dong-gu yg tidak mengidap kanker, tapi tidak dijelaskan apakah dia menderita penyakit lain atau tidak (ayahnya selalu mengerang kesakitan tiap tengah malam). Dan juga bagaimana hubungan Dong-gu dengan Joon Tae yg akan lulus dari sekolah. Tapi gw harus bilang kalo film ini VERY GOOD! VERY GREAT! BRAVOOOOO!!!

Buat yg penasaran, cari noh di DVD store terdekat. Ato buat yg lagi bokek, bisa pinjem ma gw. Itu juga klo gw bisa nemuin lo tiap ari. Gw bisa nangis darah klo lo bikin ilang DVD gw yg ini. Masa gw harus nyari lagi ke Bali, gile aje lo. Hahahahahaha. En buat yg pelit, ga mau duid keluar, yauda,melongo za lo. Karena mpe hari ini, film Bunt blond ada yg naro di Youtube. Tapi gatau de ma situs yg lain. Pokoke, gw suka deh ma film tentang keluarga gini. Don't scared. This movies is not a girly type. So you boys, can watch this. Lumayan buat inget-inget masa lo masi kecil dulu, masi keranjingan baseball semasa sekolah dasar. Hahahahahahaha.